Biografi Singkat Cut Nyak Dien, Pahlawan Nasional Wanita dari Aceh



Cut Nyak Dien salah satu Pahlawan Nasional wanita yang dari Aceh. Cut Nyak Dien diketahui lewat perjuangannya menyingkirkan penjajah dari Aceh. Saat itu, Belanda mengirim armada-armada kapalnya ke Aceh serta merencanakan kuasai Aceh.

Bijaklah Dalam Bermain Judi Slot

Suami pertama Cut Nyak Dien yang namanya Ibrahim Lamnga berusaha menyingkirkan Belanda saat daerah VI Mukim terserang. Tetapi benar-benar disayangkan, suami dari Cut Nyak Dien itu harus luruh dengan terhormat di medan perang, persisnya pada tanggal 29 Juni 1878.


Luruhnya suam Cut Nyak Dien meningkatkan semagat Cut Nyak Dien untuk berusaha bersama-sama rakyat Aceh untuk menyingkirkan penjajah Belanda. Untuk menerangkan bertambah dalam tentang perjuangan Cut Nyak Dien, berikut ini Liputan6.com sudah meringkas biografi singkat Cut Nyak Dien dari beberapa sumber, Kamis (10/9/2020).


Biografi singkat Cut Nyak Dien diawali pada waktu kelahiran serta background keluarga beliau. Cut Nyak Dien ialah wanita kelahiran Lampadang, Kerajaan Aceh di tahun 1848. Sayangnya, tidak diketahui dengan tentu tentang tanggal lahir dari Cut Nyak Dien.


Cut Nyak Dien lahir dari keluarga bangsawan yang benar-benar sangat patuh dalam berlagakma. Keluarga dari Cut Nyak Dien berada tinggal di Aceh Besar, daerah VI Mukim.


Ayah dari Cut Nyak Dien namanya Teuku Nanta Setia, yang disebut seorang uleebalang VI Mukim, serta adalah turunan Machmoed Sati, seorang perantau dari Sumatera Barat. Machmoed Sati tiba ke Aceh seputar era ke 18 di waktu kesultanan Aceh saat itu diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir. Jadi tidaklah heran bila ayah dari Cut Nyak Dien masih adalah turunan Minangkabau. Beda perihal dengan ibu dari Cut Nyak Dien. Ibu Cut Nyak Dien adalah seorang putri uleebalang Lampagar.


Di waktu kecilnya, Cut Nyak Dien diketahui untuk seorang gadis yang cantik. Dianya mendapatkan pendidikan pada bagian agama dan pendidikan rumah tangga. Tidaklah heran bila saat itu Cut Nyak Dien disenangi oleh beberapa lelaki. Serta, sebab kecantikannya, banyak lelaki yang berupaya melamarnya.


Di tahun 1863, persisnya saat Cut Nyak Dien pas berumur 12 tahun, dianya dinikahkan oleh orang tuanya dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga. Pria itu adalah putra tunggal dari uleebalang Lamnga XIII.


Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda mengatakan perang pada Aceh. Belanda melalu armada kapal Citadel van Antwerpen, mulai melepas shooting meriam ke daratan. Selanjutnya pada tanggal 8 April 1873, Belanda di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Köhler sukses datang di Pantai Ceureumen serta langsung kuasai Masjid Raya Baiturrahman selanjutnya membakarnya.


Perlakuan Belanda itu menyebabkan perang Aceh yang waktu diperintah oleh Panglima Polim serta Sultan Machmud Syah menantang 3.198 prajurit Belanda. Tetapi, Kesultanan Aceh dapat memenangi perang pertama menantang Belanda itu dengan meninggal tertembaknya Köhler.


Selanjutnya di tahun 1874-1880, di bawah kepemimpinan Jenderal Jan van Swieten, daerah VI Mukim sukses ditempati Belanda begitupun dengan Keraton Sultan yang pada akhirnya harus mengaku kemampuan Belanda.


Hal itu memaksakan Cut Nyak Dien serta bayinya pindah bersama-sama ibu-ibu dan kelompok lain pada persisnya pada 24 Desember 1875. Tetapi, suami dari Cut Nyak Dien masih berkemauan untuk merampas kembali lagi wilayah VI Mukim. Sayangnya, saat Ibrahim Lamnga berperang di Gle Tarum, dianya meninggal bersamaan dengan tanggal 29 Juni 1878. Hal itu pada akhirnya membuat Cut Nyak Dien benar-benar geram serta bersumpah untuk merusak Belanda.


Selanjutnya, sesudah kematian suaminya, Cut Nyak Dien dilamar oleh Teuku Umar, yang disebut tokoh pejuang Aceh. Awalannya Cut Nyak Dien menampik, namun sebab Teuku Umar membolehkan Cut Nyak Dien untuk berperang, pada akhirnya Cut Nyak Dien terima pinangan Teuku Umar serta mereka menikah di tahun 1880.


Masuknya ke-2 insan itu mengakibatkan kepribadian serta semangat beberapa pejuang Aceh makin berkobar. Pada akhirnya perang itu bersambung dengan gerilya, lantas tercetuslah perang fi'sabilillah.


Seolah tidak mau menyianyiakan peluang, di tahun 1875 Teuku Umar berusaha untuk dekati Belanda serta memperkuat hubungan sama orang Belanda. Hal itu bersambung dengan Teuku Umar dan pasukannya yang sejumlah 250 orang, pergi ke arah Kutaraja serta "memberikan diri" pada Belanda pada tanggal 30 September 1893.


Taktik dari Teuku Umar pada akhirnya sukses menipu Belanda sampai mereka memberikan Teuku Umar gelar yakni Teuku Umar Johan Pahlawan serta jadikan Teuku Umar untuk komandan unit pasukan Belanda yang mempunyai kekuasaan penuh.


Untuk memperlancar laganya, Teuku Umar ikhlas dipandang seperti penghianat oleh orang Aceh. Tidak kecuali Cut Nyak Meutia yang tiba menjumpai Cut Nyak Dien selanjutnya memakinya. Tetapi, walau demikian Cut Nyak Dien masih berupaya menasehatinya untuk konsentrasi kembali lagi menantang Belanda.


Pada akhirnya, di waktu kekuasaan Teuku Umar serta pengaruhnya lumayan besar, Teuku Umar manfaatkan peristiwa itu untu kumpulkan orang Aceh di pasukannya. Saat banyaknya orang Aceh di bawah komando Teuku Umar cukup, selanjutnya Teuku Umar lakukan gagasan palsu pada orang Belanda serta mengakui bila dianya ingin menggempur pangkal Aceh.


Selanjutnya Teuku Umar serta Cut Nyak Dien pergi dengan semua pasukan dan peralatan berat, senjata, serta amunisi Belanda. Tetapi, mereka belum pernah kembali pada tempat Belanda. Taktik penghianatan itu disebutkan Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar).


Strateg dari Teuku Umar untuk mengkhianati Belanda membuat Belanda geram serta memperlancar operasi besar untuk tangkap Cut Nyak Dien serta Teuku Umar. Tetapi beberapa gerilyawan Aceh sekarang ini telah diperlengkapi peralatan dari Belanda.


Saat Jenderal Van Swieten ditukar, orang yang gantikan tempatnya yakni Jenderal Jakobus Ludovicius Hubertus Pel secara cepat terbunuh oelah geriliyawan Aceh, sampai pada akhirnya membuat beberapa pasukan Belanda ada pada keadaan yang benar-benar kalut.


Sesudah penghianatan itu, Belanda lantas mengambil gelar Teuku Umar serta membakar tempat tinggalnya. Untuk memperlancar laganya untuk tangkap Cut Nyak Dien serta Teuku Umar, Belanda pada akhirnya kirim unit "Maréchaussée". Unit ini didominasi orang Tionghoa-Ambon yang diketahui sulit dikalahkan oleh orang Aceh.


Serta, sebab karena sangat kuatnya unit itu, Belanda berasa iba pada rakyat Aceh, sampai pada akhirnya Van der Heyden membuyarkan unit "Maréchaussée" itu. Saat bubarnya unit itu, jenderal yang pimpin perang dengan Aceh setelah itu dapat dengan gampang capai keberhasilan, karena beberapa orang Aceh yang tidak turut lakukan jihad sebab takut kehilangan nyawa mereka.


Ketakutan orang Aceh itu digunakan Jendral Joannes Benedictus van Heutsz serta pada akhirnya sewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak. Sampai pada akhirnya Belanda sukses memperoleh info jika Teuku Umar merencanakan untuk menggempur Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899 dimana pada akhirnya Teuku Umar luruh sebab tertembak peluru.


Walau demikian Cut Nyak Dien masih pimpin perlawanan pada Belanda di wilayah pedalaman Meulaboh dengan pasukan kecilnya. Pasukan Cut Nyak Dien terus berperang sampai kalah di tahun 1901, sebab tentara Belanda sangat terlatih untuk berperang di wilayah Aceh.


Di lain sisi, Cut Nyak Dien telah makin tua serta matanya mulai rabun. Dianya juga menanggung derita encok serta jumlah pasukannya terus menyusut. Serta beliau serta pasukannya kesusahan untuk mendapatkan makanan.


Seorang pengawal Cut Nyak Dien yang namanya Pang Laot memberikan laporan tempat tempat Cut Nyak Dien pada Belanda. Hal itu membuat Belanda menggempur tempat Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Pasukan Cut Nyak Dien kaget serta berperang mati-matian, sampai pada akhirnya Cut Nyak Dien diamankan serta dibawa ke Banda Aceh.


Setelah tertangkap oleh Belanda, Cut Nyak Dien dibawa serta dirawat di Banda Aceh. Penyakit rabun serta encoknya berangsur pulih. Tetapi sayangnya Cut Nyak Dien selanjutnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat.


Cut Nyak Dien dibawa ke Sumedang bersama-sama tahanan politik Aceh lain serta mengundang perhatian salah satunya orang yakni bupati Suriaatmaja. Tahanan lelaki yang lain ikut mengatakan perhatian mereka pada Cut Nyak Dien, tetapi tentara Belanda dilarang mengungkapan jati diri tahanan.


Cut Nyak Dien ditahan bersama-sama ulama namanya Ilyas serta ulama itu selekasnya mengetahui jika Cut Nyak Dien ialah pakar dalam agama Islam. Hal itu membuat Cut Nyak Dien dipanggil "Ibu Perbu".


Pas pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dien wafat sebab unsur umur yang telah tua. Makam Cut Nyak Dien sendiri baru diketemukan di tahun 1959, itu juga sebab keinginan Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan. Cut Nyak Dien sendiri baru disadari oleh Presiden Soekarno untuk Pahlawan Nasional Indonesia lewat SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.


Postingan populer dari blog ini

The researchers’ second recommendation to fleet owners is to consider where the energy charging

100 Gabungan Nama Anak Laki-laki dalam Islam Beserta Artinya yang Indah

320 Nama Bayi Laki-Laki Sansekerta, Modern dan Unik